Jumat, 28 Juni 2013

Baduy, BAhagia itu seDerhana eUY!!



Hari itu, sabtu 15 Juni 2013, kaki kami berayun selangkah demi selangkah. Sekali tapak,kaki kanan maju berganti kaki kiri. Lima jam berlalu, nafas kami mulai tersendat-sendat, gelap mulai meliputi desa Cibeo. Anak-anak dan para pemuda tanpa beralaskan kaki pulang dari ladang.

Setelah 1,5 kilo berjalan dari diperbatasan baduy luar-dalam, kami mulai melihat sederetan lumbung-lumbung padi dengan bentuk dan ukuran yang sama. Nampak beberapa Saung diujung ladang tempat istirahat petani. Suara jangkrik mulai terdengar. Riak air melantunkan suara alam. Pepohonan tinggi yang hijau terang itu mulai menggelap.

Sinar mentari mulai bersembunyi, berganti dengan gemuruh suara petir menandakan sang hujan akan turun bercumbu dengan bumi. Jalanan berbatu yang disusun rapi mengantarkan kami memasuki perkampungan. Beberapa ekor ayam menyambut kami, yak disini ga ada sapi, kambing maupun kerbau, karena ternak berkaki empat tidak diperbolehkan bagi suku baduy.

Pakaian penduduknya sederhana, hanya ada hitam atau putih. Seperti kehidupan mereka semua hanya tentang hitam dan putih. Tidak seperti kita yang penuh warna warni.  Mereka hidup dalam kepolosan dan kesederhanaan.

Selasa, 11 Juni 2013

Jakarta Treasure Track



Berawal dari sebuah buku, ya, sebuah buku itu yang menginspirasi dan menantang gw untuk membuat sesuatu yang beda. Sesuatu yang unik tanpa harus meninggalkan sesuatu yang lama. Entah takdir entah nasib saat itu pula gw lagi nonton "Amazing Race" yang berlokasi di Surabaya.

Hmmm..kenapa ga sekalian aja gw bikin acara yang berkonsep balapan, dengan duit terbatas, ga boleh bawa kendaraan pribadi, memecahkan clue yang dikasih sambil berkeliling Jakarta tanpa ada yang ngawasin dan mengunjungi tempat tempat keren yang mungkin sudah terlupakan oleh warganya.

Daan jadilah JAKARTA TREASURE TRACK!!!! *nyalain kembang api*

Konsepnya gampang aja :
1. Ga boleh bawa duit
2. Ga boleh naik kendaraan pribadi
3. Harus memecahkan clue yang dikasih

Selasa, 12 Maret 2013

Cinta baru di Kelimutu



Setiap detik kita selalu menemui kenyataan baru yang berulang: Tumbuh. Meninggalkan potongan potongan cerita masa lalu untuk bertemu dengan kejutan-kejutan berikutnya. Namun kita selalu bisa pulang. Setidaknya gw bisa selalu pulang, sejauh ini. Berlari lari ke hutan perbukitan di pinggir desa yang kini telah tak ada, atau bermain bola saat purnama.

Masa kecil memang menggoda, dan kehidupan begitu sederhana: Tertawa berarti bahagia, tersenyum berarti senang, dan wajah masam berarti kecewa. Saat itu gw emang belum begitu mengenal layar kaca, yang kelak menjadi guru terbaik untuk berpura-pura.

Menjadi muda dan memiliki pilihan mungkin adalah sebuah kutukan. Kutukan yang sama dengan ketika kita memiliki pengetahuan. Terusir. Setiap kita mendapatkan pengetahuan baru, maka kita akan segera terusir dari kenyamanan lama, menuju tempat yang lebih gelisah, tempat yang memiliki lebih banyak pilihan.

Pengetahuan juga menyebabkan adam memiliki pilihan2. Dari awalnya hanya hanya tau tentang surga, maka dengan pengetahuan yang didapatnya ada muncul bumi dan neraka.

Baiklah, izinkan gw sedikit bercerita. Saat masih kecil barang mewah buat gw adalah majalah HAI dan majalah donal bebek yang selalu nyokap beliin sepulang dari kantor hari selasa dan kamis , serta sebuah sepeda. Berjam-jam waktu kecil gw akan habis untuk masuk dalam dunia bebek dan tikus yang gw baca. Mikey tikus dan si Donal bebek terlanjur membuat gw percaya bahwa cewek cantik di dunia itu Cuma dua : Dessy dan Minnie. Saat itu gw sungguh berharap punya teman bermain secantik mereka berdua. Kebahagiaan masa kecil yang sederhana.

Tumbuh menjadi muda terkadang merusak segalanya. Setidaknya gw jadi tau, bahwa ternyata perempuan paling cantik didunia itu bukan Dessy Bebek atau Minnie tikus. Sungguh, seberapapun kalian menyangkalnya gw tetap percaya bahwa Dian Satro (Hey, siapa yang gatau doi??)  jauh lebih cantik daripada si Dessy kekasih Donald. Maka pengetahuan tentang Dian Sastro dan Pevita Pearce telah membuat gw terusir dari salah satu pekarangan indah masa kecil gw.

Tumbuh menjadi muda sudah gw katakan merusak segalanya. Semakin banyak Dian Satro – Dian Sastro bermunculan dalam hidup gw. Ia menjelma menjadi cantiknya merek hape, ia menjelma menjadi trendynya model backpack dan ia menjelma menjadi status pekerjaan yang terus diburu. Sungguh, Dian Satro tak pernah selesai. Pengetahuan selalu mengusir kita dari satu bentuk Dian Sastro ke bentuk Dian Sastro yang lain. Dari satu  label ke label yang lain, dari satu merk ke merk yang lain.

Orang bilang, gw sedang tumbuh mencari identitas, dan gw mencarinya ke dalam Backpack, ke dalam smartphone, kedalam PS 3, kedalam sendal gunung, kedalam tiket murah, kedalam Jeans, kedalam celana kargo, kedalam kamera, kedalam hitamnya kopi dan kedalam indahnya jatuh hati.

Dan disinilah, di tempat inilah gw jatuh hati. Diantara semburat cahaya mentari pagi, diantara embun yang senantiasa menanti dan diantara kabut yang beranjak pergi. Di puncak Kelimutu ini mungkin tak seindah puncak Semeru-Mahameru, seelok puncak Rinjani-Anjani ataupun segagah puncak Merapi-Garuda.

Minggu, 10 Februari 2013

Taman Nasional Komodo yang bikin melongo..



Gw ga tau, apakah waktu bisa jatuh hati. Jika ia memang bisa, maka pastilah ia jatuh hati pada tempat ini. Di padang savana dan hutan di Taman Nasional Komodo ini waktu berjalan lambat-lambat. Ia tak tergesa seperti di kota, tempat segala sesuatu menjadi tua sebelum waktunya.

Jika waktu punya rasa, maka orang yang tinggal dikota besar akan tau hal ini : bahwa setengah jam sebelum jam delapan pagi adalah rasa yang paling tidak enak didunia. Orang-orang menyetir mobil maupun motor dengan membabibuta, seakan-akan tidak pernah belajar rambu rambu sebelumnya. Di waktu ini stok kesabaran memang selalu terbatas, ia seringkali melahirkan emosi-emosi yang susah dijaga. Jadi saran gw, jangan iseng mencari gara-gara dengan mereka yang berada dijalan raya dikisaran jam delapan pagi, karena stok kesabaran yang sedikit membuat orang mudah lupa bahwa kita pernah upacara dibawah bendera yang sama.

Maka pagi itu 11 November 2012 gw amat bersyukur, ditengah banyaknya waktu menjelang jam delapan yang gw habiskan dikota, ada hari dimana gw bisa  melewatkan jam delapan dengan damai, dengan tanpa tergesa. Di taman nasional komodo, pada jam delapan pagi kita akan disapa suara segar debur ombak dan kicauan burung, dan ketika kita melihat ke luar kapal akan segera terlihat indahnya sinar sang mentari yang terlihat malu malu mengintip dari balik awan dan bukit. Tak ada absensi sidik jari, tak ada lampu merah yang macet dan juga segala jenis definisi keruwetan lainnya. Hanya ada matahari pagi, putihnya pasir pantai, jernihnya laut dan lucunya ikan nemo yang sedang bermain-main di tengah-tengah anemon si terumbu karang.


Pagi itu dibuka dengan gemericik ombak menerpa lembut badan kapal, diselingi suara kicauan burung dan seberkas sinar mentari yang masuk di sela sela terpal. Eh, bentar deh. Sinar mentari?? Berarti udah lewat sunrisenya dong?? Gw langsung bangun dan keluar kamar. Bener aja Tyo dan Anggi lagi asyik jeprat jepret membidik momen sang surya menyinari tanah Flores.



Yaksip gw resmi ketinggalan sunrise. Untung dibawah udah disiapin pisang goreng dan teh anget yang ajiiib. Yang ga nyoba pisgor pisgor Flores dijamin nyesel.


Ga lama kapal berlabuh di Pulau Komodo. Salah satu pulau yang berada di kawasan Taman Nasional Komodo. Karena di Pulau Rinca udah bayar paketan maka disini kita ga perlu bayar lagi.




Disini Komodonya lebih besar dibandingkan di Rinca, tapi lebih sedikit. Kita ambil jalur medium track karena siangnya mau ngejar ke Manta Point. Di Medium Track kita diajak naik ke Sulpurhea Hill atau Bukit Nuri. Disebut demikian karena dari atas bukit yang indah ini kita akan melihat hutan yang dipenuhi burung Nuri diatasnya.


Panasnya? Jangan ditanya. Seven elevenlah sama di Rinca. Buat yang takut item tidak disarankan kemari pada saat siang hari. Oia di Pulau Komodo kita udah ga terlalu seantusias ketika melihat komodo di Rinca. Ketika di Rinca kita ketemu komodo kita jijingkrakan kaya liat Megan Fox abis mandi, pake handuk doang dan handuknya melorot. Sedangkan di komodo kasusnya sama, hanya saja level Megan Fox terjun bebas menjadi Sinta Bachir. Tau ga Sinta Bachir?? Ga tau? Okesip lanjut!

Sepulang dari Komodo kita lanjut ke Manta Point. Sesuai namanya tempat ini adalah tempat untuk melihat Manta..inget ya ngeliat Manta, bukan ngeliat Mantan!! #plaakk


Oia pada mau liat ga makan siang ala restoran siang ini?? nyooh!!


Kembali ke Mantan Manta, disini susah susah gampang buat ngeliat manta, sama seperti melihat komodo, dibutuhkan sajen ayam dan kembang  luck dan amal yang besar untuk bisa melihat sang manta. Dan jika beruntung kita bisa melihat para manta itu berlompatan seperti terbang di atas air



Bermain bersama Manta hanyalah sedikit hal yang bisa kita nikmati di Taman Nasional Komodo, ia adalah semacam sambal yang membuat liburan menjadi lebih menggigit. Menu lain yang bisa kita nikmati adalah terumbu karang nan cantik dan jaim.

Kabar baiknya kawan, seperdelapan dari seluruh populasi terumbu karang dunia ada di Indonesia. Itu artinya adalah bahwa lautan kita merupakan kebun terumbu karang terbesar didunia. Mari berteriak HORE!! Di Taman Nasional Komodo, dengan berbagai pulau dan perairan dangkalnya yang jernih kita bisa menghabiskan waktu seharian dengan snorkeling ke berbagai spot yang menakjubkan.

Menikmati keragaman terumbu karang yang bertebaran dimana-mana sambil sesekali menggoda ikan-ikan kecil yang berenang-renang lincah, salah satunya adalah Pulau Bidadari. Mirip sama kaya pulau bidadari di kep. seribu hanya saja disini 10x lebih segala galanya. Terumbu karang warna warni, ikan ikan cantik, air yang jernih dan travelmate yang keceh menjadikan pulau bidadari ini secantik para bidadari.








Namun gw juga harus menyampaikan sebuah kabar buruk, sejak tahun 1998 pemanasan global yang mulai melanda perairan tropis telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang membunuh sebagian besar terumbu karang. Angka kematian terumbu yang disampaikan penggiat lingkungan hidup bahkan mencapai 90 persen.

Maka terumbu karang di Taman Nasional ini adalah sebagian kecil dari populasi terumbu karang dunia yang masih bisa bertahan hidup hingga saat ini. Terumbu karang yang tersusun dari koloni ribuan hewan kecil yang disebut polip ini sangat sensitif dengan adanya perubahan ekosistem. Mereka rata-rata hanya bisa bertahan hidup pada suhu 20-32 derajat celcius, kenaikan suhu dua hingga empat derajad diatas itu sudah cukup untuk membunuh mereka.

Dan kawan, saking sensitifnya terumbu karang ini bahkan satu sentuhan manusia saja bisa membunuhnya. Lain kali saat berfoto bawah air gw akan berusaha untuk ga nyentuh si terumbu karang ini. Gw ga pengen terlibat dalam kematian-kematian mereka. Kadang kurangnya pengetahuan tanpa kita sadari telah menjadikan kita pembunuh, entah itu terumbu entah itu kehidupan lain.

Sebenernya niat kita setelah ini adalah ke Kanawa, namun berhubung cuaca tidak mendukung  maka kita terpaksa menunggu sampai cerah. Setelah menunggu dalam dingin akhirnya sang mentari tersenyum malu malu di balik awan. Oia klo mau nginep disini harga bale balenya 220rb, tenda sendiri 100rb dan sewa tenda 125rb.


Salah satu view terokeh disini adalah sunsetnya dan pemandangan ke arah laut dari atas bukit. Jadi kita harus mendaki ke atas bukit dan sedikit melewati kursi mirip papan yang disediain disana. Dan kalian akan mendapat view kayak gini.






Daaann setelah selesai semua kita pun akan kembali ke Bajo. Karena perjalanan sekitar 1-2 jam maka kita semua tepaarr.



'Mas bangun mas, udah sampe' Dan tak terasa mas mas kapalnya bangunin kita karena udah sampe Bajo. So it means our Komodo Trip is over. Saatnya kembali ke penginepan seharga 50rb/malem untuk beristirahat.

Selesai?? Belum, besok gw akan berangkat ke untuk melihat sunrise di Kelimutu.

Ayo terus berjalan kawan, menyusuri bumi dan menemukan keajaiban-keajaiban kecilnya, karena Tuhan menunjukkan banyak keindahan yang tak Ia tunjukkan pada mereka yang menghabiskan umurnya didapur dan tempat tidur.

 Trip now, Think later!!

Selasa, 22 Januari 2013

Sorak sorak bergembira di Pulau Rinca..


Berawal dari event Blacktrail yang diadakan oleh salah satu merk pembersih muka ke Komodo yang mana gw gagal di babak final, maka saat itu gw bertekad akan menginjakkan kaki di Pulau ini. Dan gw selalu percaya jika kita menggantungkan mimpi kita setinggi langit maka Tuhan akan memeluk mimpi kita.

Setelah melalui perjuangan di Tilongkabila maka sampailah gw di Labuan Bajo, kota terakhir bila kita mau menuju Taman Nasional Komodo (TNK). Dari Bajo kita nyewa kapal untuk LOB 2h3m seharga 3.5 juta dan itu dibagi 13 orang sehingga per orang hanya membayar 250rb saja kakak. Yaksip!

Selama LOB di kapal itu kita dapet makan ala restoran bintang 5 sebanyak 3x plus sarapan 1x. Servis yang sangat memuaskan mengingat pengalaman di Tilongkabila sehari sebelumnya. Dan hari itu petualangan kita dimulai

Selasa, 01 Januari 2013

Banyak jalan menuju Labuan Bajo



Buat yang penasaran kenapa gw pasang poto nasi diatas? Karena nasi ala penjara inilah yang telah menjadi teman makan gw dalam salah satu trip terberat yang pernah gw laluin. Kenapa gw bilang terberat?? Begini ceritanya...

Tuhan cinta backpacker. Gw dan banyak pembawa tas punggung lainnya percaya itu, bahwa Tuhan selalu cinta pada mereka yang menempuh perjalanan, dan bahwa para penyusur bumi ini banyak dinaungi keberuntungan.

Sebagai backpacker pemula nan amatir, gw punya banyak cerita-cerita kecil yang menurut gw menakjubkan, yang pasti ga bakal gw dapat jika misalnya gw ngabisin hari libur gw dengan nonton tivi seharian. Kawan, menonton tivi terlalu lama itu menghapus keberuntungan-keberuntungan kita untuk mendapati keajaiban-keajaiban kecil diluar sana. Percaya deh!!

Tujuan trip gw kali ini adalah Pulau Komodo, siapa coba yang gatau pulau tempat hewan purbakala ini bertapa??? Apalagi pulau ini dengan komodonya jadi salah satu keajaiban dunia yang baru ga kalah terkenal dibandingkan PSY dengan Gangnam Stylenya *abaikan*

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...