Senin, 29 Juni 2015

Get Lost ke Ora - Tentang Seseorang



Setiap detik kita selalu menemui kenyataan baru yang berulang: Tumbuh. Meninggalkan potongan potongan cerita masa lalu untuk bertemu dengan kejutan-kejutan berikutnya. Namun kita selalu bisa pulang. Setidaknya gw bisa selalu pulang, sejauh ini. Berlari lari ke perbukitan di pinggir desa yang kini udah ga ada, atau bermain bola saat menjelang purnama.

Masa kecil memang menggoda, dan kehidupan begitu sederhana : Tertawa berarti bahagia, tersenyum berarti senang, dan wajah masam berarti kecewa. Saat itu gw emang belum begitu tertarik layar kaca, yang kelak menjadi guru terbaik untuk berpura-pura.

Menjadi tua dan memiliki pilihan mungkin adalah sebuah kutukan. Kutukan yang sama dengan ketika kita memiliki pengetahuan. Terusir. Setiap kita mendapatkan pengetahuan baru, maka kita akan segera terusir dari kenyamanan lama, menuju tempat yang lebih gelisah, tempat yang memiliki lebih banyak pilihan.

Pengetahuan juga menyebabkan adam memiliki pilihan pilihan. Dari awalnya hanya hanya tau tentang surga, maka dengan pengetahuan yang didapatnya ada muncul bumi dan neraka.

Nah ijinkan gw bercerita. Gw yang awalnya gatau apa apa tentang travelling mulai mengenal dunia yang luar biasa ini pada akhir 2012, lalu selama taun 2012 gw mulai menjelajahi indahnya negara ini dengan cara mengikuti trip trip yang diselenggarakan orang lain. Dari situlah muncul pikiran kira kira gw bisa ga ya travelling tanpa mereka?

Jumat, 05 Juni 2015

Bawean yang (ternyata sangat) menawan!!



Ini adalah kisah tentang sebuah negeri yang begitu menerima perbedaan, negeri kita, nusantara. Saat berbincang dengan seorang sahabat dia bercerita tentang tari (bukan, bukan cut tari yang aduhai di ranjang itu), ada pola mengagumkan tentang tari tarian di Indonesia: Dari arah paling barat, Aceh, orang menari dengan posisi duduk, semakin ke timur di Jawa, Kalimantan dan Sulawesi orang menari dengan posisi semakin berdiri, hingga sampai di Papua orang menari dengan melompat lompat. Sebuah keragaman yang tersusun indah. Tak ada satupun negeri yang seperti ini, tidak negeri jauh, tidak pula negeri tetangga. Tuhan menyusun Indonesia sangat sempurna, bahkan terlalu sempurna.

Mungkin kita terlalu terbiasa dengan perbedaan. Bahkan perbedaan perbedaan yang ekstrim sekalipun, karena memang atas dasar itulah negeri kita disusun. Konon namanya adalah kemajemukan. Bhineka tunggal ika. Walau saudagar dan sudra, tapi tetap merasa sebagai saudara.

Setiap ada trip keluar kota biasanya gw selalu menyempatkan diri jalan jalan keliling kota, jalan kaki saja. Suatu malam ketika jalan kaki meyusuri trotoar di Ampana, Sulawesi Tengah. Gw ngeliat seorang lelaki yang meringkuk di trotoar beralaskan kardus sambil memeluk sebuah tas,  kebayang dinginnya karena hari baru saja hujan dan trotoar tempatnya tidur bahkan belum mengering benar. Gw tau itu dingin banget karena gw salah satu pembenci dingin. Alasan yang ssma yang mrmbuat gw selalu menolak memanjat ketinggian diatas 1000mdpl. Tak sampai setengah jam jalan kaki, gw nemuin banyak banget orang orang yang senasib dengan laki laki pemeluk tas tadi. Sungguh, trotoar adalah tempat tidur terpanjang didunia.

Namun menurut saya ada perjalanan yang lebih bisa mewakili bhineka tunggal ika dengan lebih pas daripada jalanan di Ampana, yaitu trip gw ke Bawean. Disini gw bertemu saudara baru, keluarga baru yang senantiasa memberi hangat pada dinginnya laut sekitar Gili Noko, memberi teduh saat panas menyengat di atas mobil bak sepanjang aspal Bawean dan memberi ceria saat sepi menyelimuti malam gelap yang tak tersentuh hiruk pikuk kota di Desa Daun.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...