Selasa, 12 Maret 2013

Cinta baru di Kelimutu



Setiap detik kita selalu menemui kenyataan baru yang berulang: Tumbuh. Meninggalkan potongan potongan cerita masa lalu untuk bertemu dengan kejutan-kejutan berikutnya. Namun kita selalu bisa pulang. Setidaknya gw bisa selalu pulang, sejauh ini. Berlari lari ke hutan perbukitan di pinggir desa yang kini telah tak ada, atau bermain bola saat purnama.

Masa kecil memang menggoda, dan kehidupan begitu sederhana: Tertawa berarti bahagia, tersenyum berarti senang, dan wajah masam berarti kecewa. Saat itu gw emang belum begitu mengenal layar kaca, yang kelak menjadi guru terbaik untuk berpura-pura.

Menjadi muda dan memiliki pilihan mungkin adalah sebuah kutukan. Kutukan yang sama dengan ketika kita memiliki pengetahuan. Terusir. Setiap kita mendapatkan pengetahuan baru, maka kita akan segera terusir dari kenyamanan lama, menuju tempat yang lebih gelisah, tempat yang memiliki lebih banyak pilihan.

Pengetahuan juga menyebabkan adam memiliki pilihan2. Dari awalnya hanya hanya tau tentang surga, maka dengan pengetahuan yang didapatnya ada muncul bumi dan neraka.

Baiklah, izinkan gw sedikit bercerita. Saat masih kecil barang mewah buat gw adalah majalah HAI dan majalah donal bebek yang selalu nyokap beliin sepulang dari kantor hari selasa dan kamis , serta sebuah sepeda. Berjam-jam waktu kecil gw akan habis untuk masuk dalam dunia bebek dan tikus yang gw baca. Mikey tikus dan si Donal bebek terlanjur membuat gw percaya bahwa cewek cantik di dunia itu Cuma dua : Dessy dan Minnie. Saat itu gw sungguh berharap punya teman bermain secantik mereka berdua. Kebahagiaan masa kecil yang sederhana.

Tumbuh menjadi muda terkadang merusak segalanya. Setidaknya gw jadi tau, bahwa ternyata perempuan paling cantik didunia itu bukan Dessy Bebek atau Minnie tikus. Sungguh, seberapapun kalian menyangkalnya gw tetap percaya bahwa Dian Satro (Hey, siapa yang gatau doi??)  jauh lebih cantik daripada si Dessy kekasih Donald. Maka pengetahuan tentang Dian Sastro dan Pevita Pearce telah membuat gw terusir dari salah satu pekarangan indah masa kecil gw.

Tumbuh menjadi muda sudah gw katakan merusak segalanya. Semakin banyak Dian Satro – Dian Sastro bermunculan dalam hidup gw. Ia menjelma menjadi cantiknya merek hape, ia menjelma menjadi trendynya model backpack dan ia menjelma menjadi status pekerjaan yang terus diburu. Sungguh, Dian Satro tak pernah selesai. Pengetahuan selalu mengusir kita dari satu bentuk Dian Sastro ke bentuk Dian Sastro yang lain. Dari satu  label ke label yang lain, dari satu merk ke merk yang lain.

Orang bilang, gw sedang tumbuh mencari identitas, dan gw mencarinya ke dalam Backpack, ke dalam smartphone, kedalam PS 3, kedalam sendal gunung, kedalam tiket murah, kedalam Jeans, kedalam celana kargo, kedalam kamera, kedalam hitamnya kopi dan kedalam indahnya jatuh hati.

Dan disinilah, di tempat inilah gw jatuh hati. Diantara semburat cahaya mentari pagi, diantara embun yang senantiasa menanti dan diantara kabut yang beranjak pergi. Di puncak Kelimutu ini mungkin tak seindah puncak Semeru-Mahameru, seelok puncak Rinjani-Anjani ataupun segagah puncak Merapi-Garuda.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...