Kamis, 18 Desember 2014

Ketika hatimu patah, bawalah kakimu untuk melangkah..

Wuuuzzz...ciiittt..

Dari kejauhan suara pesawat datang maupun tinggal landas terdengar silih berganti. Suara speaker yang berisi pemberitahuan kedatangan maupun keberangkatan kadang menggema mengisi ruang kosong di rongga telinga gw. Hari itu buat gw adalah hari bersejarah yang bakal gw inget selamanya. Bukan, hari ini bukan hari pernikahan gw, gw masih tetep jombo hari ini. Hari ini adalah pertama kalinya gw bakal menginjak tanah selain tanah negeri kelahiran gw. Dan akan menginjak tanah dari 3 negara berbeda yaitu Singapur, Malaysia dan Thailand. Memikirkanya aja udah berhasil membuat kupu kupu di perut gw beterbangan. Mungkin buat orang lain gw norak, tapi selalu ada saat pertama kali buat segalanya kan?

Yap, gw ada di bandara. Tepatnya di Soekarno-Hatta. Lebih deail lagi ada di terminal 3. Klo mau lebih jelas lagi gw ada di depan loket check in menunggu giliran untuk check in. Dalam 2 jam lagi gw akan menuju negeri tetangga. Sambi nunggu giliran gw rajin ngecek hape, sesuatu yang dilakukan sebagian besar manusia ketika menunggu. Berharap ada SMS, telpon atau sekedar whatsapp darinya, tapi sebanyak apapun gw ngeliat hape, sebanyak itulah gw harus kecewa, karena ucapan titi dije (ati atai di jalan) atau jlo (jangan lupa oleh oleh) yang gw terima bukanlah dari wanita yang gw tunggu.

Kata orang bijak, Ketika hatimu patah, bawalah kakimu untuk melangkah. Dengan berharap jarak mampu melupakan semua kenangan. Mungkin jarak tak mampu membuat kita melupakan, tapi mengingat lebih sedikit.

'Ada bagasi mas?', tanya mbak mbak penjaga konter yang berkulit hitam kayak kecap sambil tersenyum manis. Tinggal tambahin irisan bawang ma cabe, jadi deh sambel kecap.

'Ga ada mbak', gw menjawab sambil tersenyum manis pula, senggaknya senyum yang gw anggep manis. Padahal gw bawa tas keril seberat 9kg. Isinya? Makanan buat ngemil, baju, celana, handuk, alat mandi dan kenangan.

Yup, kenangan ini memaksa ikut sampe ratusan kilo.  Tapi jangan anggep bakal gw bawa pulang. Bakal gw buang semuanya di Thailand nanti. (Kenangannya, bukan tasnya)

'Oiya mbak boleh minta label fragile ga?', pinta gw ke mbaknya.

'Loh kan tasnya ga dimasukin bagasi mas, buat apa label fragilenya?'

 'Buat hati saya mbak, mudah pecah'

'.........'

Senin, 24 November 2014

..and its starting with packing..

Hidup buat gw adalah kejutan. Bahkan di tengah rutinitas sehari hari yang buat sebagian orang membosankan pun gw selalu percaya Tuhan menyiapkan kejutan kejutan khasNya dan memberikan dengan caraNya pula. Dan dari kejutan kecil dariNya lah cerita ini dimulai.

Gw selalu bilang di awal postingan gw bahwa Tuhan cinta backpacker dan kita selalu percaya bahwa Dia akan selalu menjaga para penjelajah bumiNya dengan berbagai keajaiban yang ga bakal lo dapetin klo lo cuma ngabisin waktu lo di dapur maupun tempat tidur.

Pagi itu, Reno, salah satu travelmate terbaik yg gw punya mengabarkan klo dia dah beli tiket promo ke Singapur. Tanpa nanya gw mau ikut apa nggak atau gw udah punya paspor atau belum. Dan dia langsung mengultimatum gw untuk membuat paspor. Katanya kini saatnya gw mengenal tanah lain selain tanah bernama Indonesia. Wadefaakk!! Mana bahasa Inggris gw senin kamis pula.

Okelah, siapa takut, kira kira begitu kata setan dalam hati gw. Setan yang satu ini memang selalu berhasil mengompori gw untuk berpetualang keluar dari zona nyaman dan kenikmatan yang gw miliki dan being stranger in stranger land. Gw bahkan ga nanya sama siapa aja kita jalan. Gw ga peduli, saat itu si setan berhasil meracuni otak sehingga memerintahkan untuk berpetualang. Petualangan selalu bikin gw ketemu sama orang baru. Jadi, gw ga terlalu peduli dengan siapa aja jalannya. pada ujungnya toh manusia pasti harus mengenal manusia lain, gimanapun caranya dan apapun tujuannya.

Gw pernah baca teori bahwa spontanitas selalu menghadirkan hal hal tak terduga, salah satunya adalah syndrom 'what if...'. Yaitu saat saat dimana ketika semua sudah diprepare, tujuan sudah ditetepkan, tiket udah dibeli dan pasport udah dibikin barulah muncul pertanyaan, 'ini gimana cara dapet cuti selama seminggu?'. Memang sih di kantor gw cuti ga susah dan ga berbatas 12x setaun. Tapi untuk minta cuti -minta ijin lebih tepatnya- selama seminggu itu perlu strategi yang matang di hadapan bos. 

Gw teringat ucapan Seno Gumira Ajidarma, 'alangah mengerikannya menjadi tua dengan kenangan masa muda yang hanya berisi kemacetan jalan, ketakutan datang terlambat, tugas ruin yang bikin ga semangat dan kehidupan seperti mesin yang hanya berakhir dengan pensiun yang ga seberapa'. Karena itu gimanapun caranya gw harus bisa pergi. Dengan atau tanpa ijin.

'Klo ga dapet ijin gimana ya?', gw nanya ke Reno

'Ya iklasin aja, toh cuma 150ribu ini'. jawabnya enteng.

Jawaban kayak gini nioh yang biin kesel. Gimana ga kesel, dulu orang orang ngeributin jalan jalan ke luar negri mahal, sekarang giliran udah dapet tiket murah, kenapa kita juga gabisa kemana mana.

Pffftt.

Jumat, 11 Juli 2014

[RekreasiTrip] Karimun Jawa yang -amat sangat- mempesona



Tuhan cinta backpacker. Gw dan banyak pembawa tas punggung lainnya percaya itu, bahwa Tuhan selalu cinta pada mereka yang menempuh perjalanan, dan bahwa para penyusur bumi ini banyak dinaungi keberuntungan.

Sebagai backpacker pemula nan amatir, gw punya banyak cerita-cerita kecil yang menurut gw menakjubkan, yang pasti ga gw dapat jika misalnya gw menghabiskan hari libur gw dengan menonton tivi seharian. Bro, menonton tivi terlalu lama itu menghapus keberuntungan-keberuntungan kita untuk mendapati keajaiban-keajaiban kecil diluar sana.Percaya sama gw. (cukup percaya loh ya..jangan beriman)

Pagi itu 26 Mei 2014 gw menikmati banget moment saat berada di kapal kapal nelayan, terayun-ayun ombak sambil memandangi pulau-pulau kecil berpasir putih yang betebaran disekitar laut Karimunjawa. Perahu kecil kami melaju pelan menembus perairan jernih menuju spot snorkeling pertama di hari itu. Kejernihan laut memancar dari wajah kami. Ada ketenangan dan kesegaran luar biasa yang gw dapatkan disana, diatas perahu kecil itu. Namun hal berbeda gw rasakan saat naik kapal cepat Bahari, tak ada kenikmatan rasanya. Kalian pasti setuju sama gw dalam hal ini. Di negeri ini setiap menggunakan fasilitas angkutan massal saya seringkali merasa berada ditempat penampungan bencana. Pelayanan buruk ditambah fasilitas seadanya.

Rabu, 19 Maret 2014

Tahura + Monju + Cisangkuy + Pasteur + Jakarta = Rp.0,-

Selamat pagi Bandung!!

Kalian tau ikan salmon ga? Ituloh ikan yang sering ada di sushi yang tiap taunnya kembali ke hulu sungai menantang arus hanya untuk bertelur. Ikan Salmon akan lebih enak untuk dinikmati jika masih dalam keadaan hidup saat hendak diolah untuk disajikan, dibandingkan dengan ikan Salmon yg sudah diawetkan dengan es.

Itu sebabnya, nelayan Jepang selalu memasukkan Salmon tangkapannya ke suatu kolam buatan agar dalam perjalanan menuju daratan Salmon tersebut tetap hidup. Meski telah berusaha, pada kenyataannya banyak Salmon yang mati.

Bagaimana cara mereka menyiasatinya ?

Nelayan itu kemudian memasukkan seekor Hiu Kecil dikolam tersebut. Dan Ajaib ! Hiu kecil tersebut "memaksa" Salmon2 itu terus bergerak agar jangan sampai dimangsa. Akibatnya jumlah Salmon yg mati justru menjadi sangat sedikit !.

"Diam" membuat kita mati !

"Bergerak" membuat kita hidup !

Apa yg membuat kita diam ?

Saat tidak ada masalah dalam hidup & saat kita berada dalam zona nyaman. Situasi seperti itu kerap membuat kita terlena, begitu terlenanya sehingga kita tdk sadar bahwa kita telah mati !

Ironis bukan ?

Apa yg membuat kita bergerak ?

Masalah..Tekanan Hidup..dan Tekanan Kerja.

Saat masalah datang secara otomatis naluri kita membuat kita bergerak aktif dan berusaha mengatasi semua pergumulan hidup itu. Tidak hanya itu, kita menjadi kreatif dan potensi diri kitapun menjadi berkembang luar biasa.Ingatlah bahwa kita akan bisa belajar banyak dalam hidup ini bukan pada saat keadaan nyaman, tapi justru pada saat kita menghadapi badai hidup.

Itu sebabnya syukurilah "Hiu-Kecil" yang terus memaksa kita untuk bergerak dan tetap survive! Masalah hidup adalah baik, karena itulah yang membuat kita terus bergerak. Mungkin Hiu Kecil itu bisa berbentuk siapa dan apa saja dalam hidup kita.
 
 Dan buat gw, hiu kecil itu berbentuk sebuah petualangan..

Jumat, 28 Februari 2014

Kalau bisa gratis kenapa harus bayar??



Kawan, pernahkah kalian nyoba mempelajari hal baru dan merasa gagal? Kita harus sepakat bahwa dalam tiap hal pasti ada aja hal baru atau kesempatan pertama. Tapi taukah kalian bahwa kadang ketakutan kita terhadap hal baru kadang lebih besar daripada ukuran sebenernya. 

Sederhananya, kita sering ngerasa takut gagal hanya karena kita belum pernah nyoba atau melakukannya. Inget ga? Pada saat kita kecil, kita nyoba mainan baru seperti naik sepeda roda dua. Sebelum mahir kan kita pasti mengalami jatuh dan jatuh terus dan harus terus mencoba sampai pada suatu ketika kita bisa berteriak HORE!! untuk keberhasilan kita.

Namun tak sedikit dari kita yang memutuskan berhanti karena frustasi mengalami kegagalan terus menerus. Kalau udah sampai titik itu maka kita ga bakal pernah bisa mengendarai sepeda.

Hal yang sebaliknya adalah ketika kita terus nyoba walau harus jatuh dan lecet. Ya, belajar mengendarai sepeda itu seperti mempelajari hal lainnya dalam hidup. Kegagalan kadang datang bertubi tubi. Sampai sampai kita ga inget di percobaan ke berapa kita berhasil menguasainya. Ada yang inget kapan kita berhasil mengendarai sepeda??

Kata orang sih, cara tergampang  untuk melakukan sesuatu adalah dengan melakukannya (yaiayalah!!). Jadi judulnya adalah berani mencoba dan mencoba berani.

Nah tahun 2014 adalah tahun yang mengasyikkan buat gw. Gimana nggak? Di tahun ini gw diberi kesempetan untuk mencoba segala sesuatu yang ga pernah gw pikirkan dan gw lakukan sebelumnya. Mencoba keluar dari sebuah ruang hangat bernama zona nyaman. Dan seperti gw percaya bahwa Tuhan selalu cinta penjelajah bumiNya.

Jumat, 24 Januari 2014

Berani mencoba, mencoba berani..



Tuhan cinta backpacker. Gw dan banyak pembawa tas punggung lainnya percaya itu, bahwa Tuhan selalu cinta pada mereka yang menempuh perjalanan, dan bahwa para penyusur bumi ini dari penakluk gunung tinggi sampai penjelajah bawah laut banyak dinaungi keberuntungan.

Sebagai backpacker pemula nan amatir, gw punya banyak cerita-cerita kecil yang menurut gw menakjubkan, yang pasti takkan gw dapat jika misalnya gw menghabiskan hari libur gw dengan menonton tivi seharian. Kawan, menonton tivi terlalu lama itu menghapus keberuntungan-keberuntungan kita untuk mendapati keajaiban-keajaiban kecil diluar sana.

Gw lebih suka menyebutnya rejeki anak soleh. Kenapa anak soleh? Karena gw ngerasa saat gw travelling maka pola hidup gw jauh lebih baik. Gw Insya Allah solat (lebih) tepat waktu dan makan (selalu) tepat waktu. #tsaah

Tapi teori ini bukan tanpa alasan. Biasanya seseorang akan lebih dekat dengan Tuhannya ketika sedang berada jauh diluar zona aman dan nyamannya. Terutama jika berada di dalam bahaya.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...