Jumat, 05 Juni 2015

Bawean yang (ternyata sangat) menawan!!



Ini adalah kisah tentang sebuah negeri yang begitu menerima perbedaan, negeri kita, nusantara. Saat berbincang dengan seorang sahabat dia bercerita tentang tari (bukan, bukan cut tari yang aduhai di ranjang itu), ada pola mengagumkan tentang tari tarian di Indonesia: Dari arah paling barat, Aceh, orang menari dengan posisi duduk, semakin ke timur di Jawa, Kalimantan dan Sulawesi orang menari dengan posisi semakin berdiri, hingga sampai di Papua orang menari dengan melompat lompat. Sebuah keragaman yang tersusun indah. Tak ada satupun negeri yang seperti ini, tidak negeri jauh, tidak pula negeri tetangga. Tuhan menyusun Indonesia sangat sempurna, bahkan terlalu sempurna.

Mungkin kita terlalu terbiasa dengan perbedaan. Bahkan perbedaan perbedaan yang ekstrim sekalipun, karena memang atas dasar itulah negeri kita disusun. Konon namanya adalah kemajemukan. Bhineka tunggal ika. Walau saudagar dan sudra, tapi tetap merasa sebagai saudara.

Setiap ada trip keluar kota biasanya gw selalu menyempatkan diri jalan jalan keliling kota, jalan kaki saja. Suatu malam ketika jalan kaki meyusuri trotoar di Ampana, Sulawesi Tengah. Gw ngeliat seorang lelaki yang meringkuk di trotoar beralaskan kardus sambil memeluk sebuah tas,  kebayang dinginnya karena hari baru saja hujan dan trotoar tempatnya tidur bahkan belum mengering benar. Gw tau itu dingin banget karena gw salah satu pembenci dingin. Alasan yang ssma yang mrmbuat gw selalu menolak memanjat ketinggian diatas 1000mdpl. Tak sampai setengah jam jalan kaki, gw nemuin banyak banget orang orang yang senasib dengan laki laki pemeluk tas tadi. Sungguh, trotoar adalah tempat tidur terpanjang didunia.

Namun menurut saya ada perjalanan yang lebih bisa mewakili bhineka tunggal ika dengan lebih pas daripada jalanan di Ampana, yaitu trip gw ke Bawean. Disini gw bertemu saudara baru, keluarga baru yang senantiasa memberi hangat pada dinginnya laut sekitar Gili Noko, memberi teduh saat panas menyengat di atas mobil bak sepanjang aspal Bawean dan memberi ceria saat sepi menyelimuti malam gelap yang tak tersentuh hiruk pikuk kota di Desa Daun.


Hari itu, Sabtu 31 Mei gw berada di ujung kapal yang membawa rombongan kita ke pulau Gili Noko. Pulau yang jika diibaratkan wanita mungkin dia akan menjelma jadi Maya Kawamura. Manis dari kejauhan, cantik ketika dalam jangkauan.

Hello Maya..eh, Noko

Sekali lagi Tuhan menunjukan kesempurnaaNya pada negeri ini. Langit yang biru cerah bercampur gradasi laut biru dan tosca yang dibatasi cakrawala dan diakhiri putihnya pasir di kaki kita. Siapapun pasti jatuh cinta.

Haaiii!!!
Ini gili noko..
We are the avenger !!
Tony Stark pun perlu liburan

Ga jauh dari Gili Noko terdapat Gili. Pulau ini merupakan tempat bermukimnya 900 jiwa yang rata rata berprofesi sebagai pelaut. Disini kita bisa beristirahat, makan, bahkan menginap.

Keramahan lokal

Oiya buat kalian yang menyukai Freedive atau pecinta kedalaman, disini adalah arena bermain kalian. Karang dan coral sudah terlihat di kedalaman 1 meter. Jika ingin tantangan lebih, kalian bisa berenang sedikit menjauh ke area kedalaman 5-8 meter untuk menikmati ikan ikan yang asik mencari makan tanpa memperdulikan kehadiran kita. Tampaknya manusia bukan ancaman buat mereka. Atau setidaknya mereka beranggapan seperti itu. Dan tugas kalianlah agar ikan ikan itu tetap berpikiran seperti itu.



Selfie!!!

Disini pun banyak bintang laut warna warni dan Clown Fish yang lucu, tapi jangan sekali sekali berpikiran untuk memegang atau (lebih parah) memindahkan bintang laut itu ya. Kalian ga mau kan lagi enak enak bersantai tiba tiba diangkat dan diletakkan bukan di tempat semula??

Smile clown, smile!!

Destinasi terakhir kita adalah Gili Selayar. Tempat terbaik yang bisa Bawean kasih untuk menikmati matahari tenggelam selain Tanjung Ga'an. Pulau dengan 70% pasir yang membentang panjang membuat spot ini seakan jadi spot foto privat. Kalian bisa kayang, salto, nungging, bikinian sampai bugil tanpa takut terlihat orang lain, ya kecuali orang lainnya adalah Superman.

Kosong sejauh mata memandang

Nikmat Tuhan manalagi yang kau dustakan??

Walau sunset disini kehalangan oleh gunung kembar (beneran gunung yang kembar, bukan gunung kembar itu..ehm!!) tapi ga menghalangi indahnya sinar cahaya hangat yang mentari bawa, seolah memberi sinyal dan jalan kepada sang rembulan yang telah mengintip malu dari sebrangnya. Ah betapa gw sangat bersyukur menjadi satu dari sekian orang yang bisa datang dan menikmati ini semua sebelum menjadi terkenal dan banyak didatangi pejalan, baik yang bertanggung jawab atau tidak.

Eh kalian bertanya tanya ga sih apa itu Tanjung Ga'an yang gw sebut tadi? Pengen tau ga? Pengen tau aja apa pengen tau banget? Karena gw traveler yang baik hati nih gw kasih tau. Tanjung Ga'an adalah nama suatu Tanjung (menurut ngana??). Tapi ga ada hubungan sama sekali sama Chairul Tanjung. Disini lo bisa melihat matahari yang tenggelam. Ya, beneran tenggelam ke dalam cakrawala jika langit sedang bagus. Kita bisa ngeliat perlahan lahan buletan jingga itu seolah olah hilang ke dalam lautan. Perlahan lahan..pelan pelan banget..hingga lep!! Habis semua. Keren kan?? Emang keren pake banget!! Tapi cara kesana itu Pe to the eR banget. Kita harus naik kapal dulu, trus turun di pinggiran karang, trus jalan merunduk agar ga kepentok karang. Cukup? belom kok. Setelah itu kita harus manjat karang setinggi 2 meter untuk mencapai atas. Dari sinilah keindahan senja dimulai.


Eat, Food, Love Family

Klo ngana kira naiknya udah cukup repot. Ngana harus coba itu baliknya. Ngelewatin hutan dengan alas karang kopong dilanjut dengan turun karang dengan minim pegangan, menyusuri larang di pinggir pantai dengan menunduk lagi dan klimaksnya ditutup dengan berbasah basahan di air laut sampai sedada Jupe untuk menuju ke kapal. Buat yang suka adventure, ini juara!!! Buat anak mami yang manja, ini neraka!!

Awas kepala

Hup!!

Jika kalian bukan tipe petualang atau anak mami, tapi tukang jajan, Bawean punya alun alun full makanan dan live music, dan gw rasa alun alun ini surga dunia buat kalian. Kalau malam-malam kita jalan menyusuri alin alun Bawean, dengan mata telanjang kita akan lihat betapa disepanjang jalanan ini begitu banyak jenis makanan tersedia, mulai pecel ayam, somay, ayam goreng, sate, roti, martabak, kue cubit, hingga berbagai jenis makanan lainnya. Semua dengan harga miring ala ala perlengkapan selam di sebuah toko di daerah Asemka. Satu satunya yang lebih banyak dari makanannya adalah pengunjungnya, yang tertawa canda menikmati malam sepanjang alun alun. Gw sebagai salah satu pecinta wanita kuliner jelas sangat senang ngeliatnya, inilah pesta ala rakyat. Tak ada dana trilyunan ala wisma atlet, tak ada penggelapan senilai milyaran ala Markus pajak, tak ada mafia ala PSSI Ya, inilah pesta rakyat.

Namun guys, jangan lupa, ini adalah negeri yang berslogan Bhineka Tunggal ika, semua yang berbeda hidup di alam yang sama. Di alun alun yang menyenangkan ini, jika hari semakin malam maka akan semakin banyak orang orang dengan tampilan menyedihkan terbaring begitu saja sepanjang jalan, disela sela penjual makanan, adu banyak dengan mereka yang berpesta menikmati malam. Terbaring tanpa masa depan, sambil menatap bintang bintang. Dulu di sekolah, selamanya kisah tentang bintang bintang adalah kisah tentang keindahan alam. Tapi di jalanan, selamanya kisah tentang bintang bintang itu bersaudara dan berdekatan dengan kelaparan.

Tentu saja, gw bukan orang yang taat beribadah. Solat juga masih bolong bolong. Namun malam itu gemetar hati gw saat ingat sebuah kalimat bijak, yang mengatakan bahwa akan dilaknat oleh malaikat seorang yang tidur dengan perut kenyang sementara tetangganya ada yang kelaparan.

Pada akhirnya, Sebuah doa gw panjatkan di tengah hamparang bintang bintang dan mereka yang (mungkin) menahan lapar : "Wahai Tuhan, terimakasih karena telah memberikan saya sahabat sahabat baru yang bawelnya minta ampun (terutama yang mirip plincess itu), suka nyanyi sambil joget geje, suka tebak tebakan ngawur dan mohon berikanlah lebih banyak lagi sahabat dari jenis mereka...


...Mmmm...Tapi Tuhan, jika Engkau berkenan nanti, satu istri yang bawel saja saya rasa sudah cukup. Itupun jangan yang terlalu bawel.. Aamiin."

Ayo terus berjalan kawan, menyusuri bumi dan menemukan keajaiban-keajaiban kecilnya, karena Tuhan menunjukkan banyak keindahan yang tak Ia tunjukkan pada mereka yang menghabiskan umurnya di dapur dan tempat tidur.

NB : Ditengah  terjangan berbagai kabar buruk di negeri ini, gw sangat ingin memberikan sebuah cerita tentang indahnya negeri kita, cerita yang bisa membuat kalian (minimal) iri dan tersenyum. Cerita yang bisa membuat kita berkata : aku cinta Indonesia.. :)



Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...