Senin, 10 September 2012

Explore Sulawesi : Kepulauan Togean


Selamat pagi Manado..selamat pagi jo!! Puas bermain air di Pulau Lembeh, destinasi kita berikutnya adalah Taman Nasional Kepulauan Togean (TNKT). Togean adalah sebuah taman nasional berbentuk kepulauan yang berada di Teluk Tomini, Sulawesi Tengah. Secara administrasi wilayah ini berada di kabupaten Tojo Una Una
Kepulauan ini dikenal sebagai kaya akan terumbu karang dan berbagai biota laut yang langka dan dilindungi. Beberapa aksi wisata yang dapat dilakukan di Kepulauan Togean antara lain: Diving dan snorkling di Pulau Kadidiri, memancing, menjelajah alam hutan yang ada di dalam hutan yang ada di Pulau Malenge serta mengunjungi gunung Colo di Pulau Una Una. Wisatawan juga bisa mengunjungi pemukiman orang Bajo di Kabulutan.

Dibentuk oleh aktivitas vulkanik pulau ini ditutupi oleh tumbuh tumbuhan yang subur dan rimbun serta dikelilingi oleh formasi bukit karang. Batu karang dan pantai menyediakan tempat bagi beberapa binatang laut untuk tinggal dan berkembang biak, seperti kura-kura hijau, dan lain-lain.

Untuk menuju ke kepulauan Togean dapat ditempuh dengan cara:
1.Transportasi umum dari Palu menuju Togean (via Ampana) :
  • Palu – Ampana (via Poso) : travel 2 kali sehari, pukul 08.00 dan 14.00, dengan biaya sekitar Rp.110.000,- (tahun 2009).
  • Kapal kayu penyeberangan Ampana – Bombana (pulau di Togean): Rp. 25.000,- sekitar 3-4 jam. Jadwal keberangkatan tidak pasti, tergantung dari penuh tidaknya kapal, namun sebagai patokan sekitar jam 08.00. Alternatif lain adalah menyewa speed boat dengan kapasitas 10 orang dengan biaya sekitar Rp. 1.000.000,-.
2. Alternatif lain : Gorontalo naik mobil menuju ke Marisa (3 jam), selanjutnya naik perahu sewa ke Dolong atau Wakai selama 5-7 jam.
3. Gorontalo menuju Wakai dengan kapal Ferry, lama perjalanan 13 jam

4. Jika menempuh jalur dari Makassar (Sulawesi Selatan), bisa dicapai dalam waktu 14 jam perjalanan bus melalui Rantepao ( Tana Toraja ) menuju Ampana yang dilanjutkan dengan kapal.
Untuk menjelajah kepulauan Togean, harus menyewa perahu selama di kepulauan Togean dengan tarif sekitar Rp. 300.000 – 500.000/hari, tergantung jenis kapal dan rute yang diinginkan.



Kawasan TNKT terletak pada koordinat 00o07’43’’-00o65’06” LS dan 121o.51’63’’-1220.44’00” BT, memanjang sekitar 102,7 km, dengan luas daratan kurang lebih 755,4 km2, yang terdiri dari kurang lebih 66 pulau besar dan kecil, dimana pulau Unauna, Batudaka, Togean, Talatakoh, Waleakodi dan Waleabahi merupakan pulau-pulau besarnya.

Nah kebetulan pulau yang akan gw tinggalin adalah Pulau Waleakodi. Mau tau ada apa aja disana??

Perjalanan dimulai dari Manado. Karena di cerita sebelumnya gw udah beli tiket taxi gelap, maka pagi harinya jam 08.00 WITA gw udah dijemput di depan jalanan. Dan jam 08.00 pula gw baru bangun saat sang supir nelpon. Ga usah dibayangin kagetnya gw saat itu. Untung kita penumpang pertama, klo ga bisa kena omel penumpang lain. Setelah menjemput yang lain maka mulailah perjalanan 10 jam Manado - Gorontalo yang ajib. Gimana ga ajib coba?? Sepanjang jalan kita disuguhkan pemandangan laut dan pantai dari atas tebing yang berkelok kelok.


Menjelang siang kita berhenti untuk makan siang. Tenang saja karena disini kita tinggal duduk diam dan pesanan pun datang. Ga usah kawatir soal menu karena disini hanya menyediakan menu khas Gorontalo yaitu ikan Bobara. Soal rasanya ga perlu ditanya. Walau ukuran potongan ikannya segede bagong tapi kombinasi nasi anget + ikan + cah kangkung + sambel dabu dabu rasanya maknyuuusss. Harganya?? Kita cukup merogoh kocek 25ribu/porsi *mahal sih menurut gw*



Lagi lagi disini Allah memberikan sedikit kemurahan hatiNya. Ga jauh dari tempat makan ada penumpang turun dan otomatis gw bisa pindah duduk di tengah. Ibaratnya naik kelaslah, dengan space yang lebih luas dan ac yang lebih adem. Alhamdulillah.

Akhirnya kita masuk kota Gorontalo dengan disambut hujan rintik rintik dan adzan magrib. Dari sang supir kita dikasih tau bahwa oleh oleh khas kota ini adalah Menara Eiffel dan Pia Gorontalo. Bedanya apa?? Bedanya adalah Pia disini gede gede cuii, segede cintaku padamu tutup gelas. Harganya lumayan mahal. Sekotaknya sekitar 30-40ribu dengan isi 9 pia/kotak. 





Oke lanjut!! Dari Gorontalo kita langsung menuju dermaga ???. Dari sini kita akan pindah transportasi menggunakan kapal laut Tuna Tomini seharga 63ribu/org yang hanya berangkat seminggu 3x yaitu selasa-kamis-sabtu. Catet tuh cateett!! Jangan sampe ketinggalan kapal ya atau kalian harus nunggu 2 hari lagi. Oia jangan lupa beli nasi bungkus karena harga makanan di kapal muahaaal. Tapi klo beli di dermaga cuma seharga 15ribu kok.


 

Disinilah suatu tragedi terjadi. Travelmate kita yang ketiga yaitu Noer Karmawan alias @NKarmawan alias NK (baca: en - ka) belum datang saat jam menunjukan pukul 19.00. Sirene kapal sudah berbunyi 3 kali dan si NK belum menunjukan batangnya (batang hidung maksudnya). Sampai akhirnya si Tuna ini jalan pun si NK belum muncul. Ternyata maskapai yang dinaiki NK dari Manado ke Gorontalo delay. Doi yang harusnya sampai Gorontalo jam 18.00 mundur jadi jam 19.00. JRENG JRENG JRENG JREEENG!!!! dan tertinggallah travelmate kita itu. 

Perjalanan ini serasa sangat menyedihkan akan ditempuh dalam waktu 12 jam sodarah sodarah. Jadi gunakan waktu ini untuk istirahat. Tips dari gw adalah cari kursi berderet 4-5 kursi lalu tidurlah dengan cara rebahan nyelipin badan ke lengan kursi. Trust me, its works!!!

Pagi menjelang di teluk tomini dan kita menjadi saksi bagaimana sang fajar perlahan bangkit menggantikan posisi sang rembulan. sang fajar bangkit perlahan dari peraduannya membagi sedikit demi sedikit sinarnya untuk kita. Dan itu adalah salah satu momen yang sayang untuk dilewatkan. Dan sayangnya gw kelewatan!!! *jedotin pala ke bantal*




Pas bangun dan naik ke atas kapal rupanya sunrise udah lewat dan gw cuma kebagian sisa sisanya aja. terpaksa turun lagi dan disambut dengan ketawa tanpa dosanya si Nuki. Ga lama ternyata Tuhan lagi lagi punya cara lain untuk membuat kita takjub Saat mau sampe maka terlihatlah gugusan batu batu karang dengan hutan dan pantai yang cantik nan ciamik. Ditambah warna air yang berwarna hijau dan biru tosca dan terkadang terlihat dasarnya membuat pagi itu sangat mengesankan.




Sesampainya di Wakai kita bingung nih mau naik apa ke Malenge?? Karena pulau Waleakodi tempat penginepan kita dekat dengan Malenge dan kapal ke Malenge baru ada ntar siang. Lagi lagi (dan lagi lagi) Allah punya rencana buat kita. Ada turis dari Ceko bernama Peter bersama anaknya yang bernama Peter (yup lo ga salah baca dan gw ga salah ketik..namanya Peter semua) udah nyewa perahu dari penginepannya. Jadilah si Nuki sebagai kaum hawa nan manis jelita maju untuk nanya kita bisa nebeng atau kagak?? Ternyata bisa!!! Jadilah kita ikut di perahu itu sampe Waleakodi saat itu juga dan ga harus nunggu sampe siang. Ga masalah walu kita harus patungan 400rbu/4 orang. Yippie.. 

Glek!! perjalanan naik perahu selama 2 jam ini ternyata hanya indah pada awalnya. Di tengah jalan hujan dan angin kencang menyapa kita. Abang yang bawa perahu nanya mau neduh dulu ga ma kita berempat. Karena Peter ga ngarti bahasa sini maka gw dan Nuki bilang lanjut aja, nanggung udah basah. Dan jadilah kita menerjang ombak dan badai. Hanya pada Allah dan kelihaian si nahkodalah nyawa kita dipertaruhkan. (klo Peter ngarti mungkin dia mau neduh dulu kali ya..who knows?)

2 jam kemudian...

Akhirnya sampe juga di Waleakodi. ("my poor ass") Pulau dengan pasir putih dan jajaran pohon kelapa yang indah. Disini kita disambut Shifa sang pemilik Shifa Cottage. Begitu dateng kita dikasih welcome drink berupa jeruk + pepaya + wortel yang dijus dan pisang. Disini ternyata tempat bebas, kita boleh snorkling sepuasnya langsung di depan cottage, bisa leyeh leyeh di pantai dan kita juga boleh membuat anak teh dan kopi sepuasnya.

Harga Shifa Cottage juga ga mahal mahal amat kok. Cuma 125rbu/malam/orang kita dah bisa dapet private beach dengan fasilitas keceh yaitu kamar dengan 2 dobel bed (ini yang gw sayangkan) berkelambu dan 3x makan.

Setelah ngurus gono gini saatnya snorkliiing.Sayang disini ga nyewain live vest dan hanya nyewain snorkle aja. Tapi ga masalah kok karena perairan disini dangkal dan juernihnya kebangetan. Ga pake lama kita dah berdiri di pinggir pantai. Alat snorkling udah, kamera siap, cover anti air ada. Hajaarr!!! *byuurr*

Karena gw capek ngetik maka nikmatilah gambar berikut sambil gw istirahat sejenak *maaf keterbatasan kamera underwater*


Gimana?? Ajib kan nih pulau?? Dan itu pengalaman pertama gw berenang ga pake pelampung. Ternyata ga tenggelem ya?? Hahahahaha. Dan di pantai inilah kita berdua jadi saksi indahnya sunset di Togean #tsaaahhh

Akhirnya sang malam datang. Kita makan malam bersama rombongan sekeluarga dari Prancis, 4 orang Jerman, dan 2 orang Ceko. Kebetulan kita makan hadep hadepan sama 2 orang Ceko yang ga lain adalah bapak anak Peter. Dari cerita mereka kita tau bahwa Peter bapak adalah instruktur diving yang datang ke Endonesa untuk potograpi bawah laut. Dia adalah teman dari suaminya Shifa. Pantes aja rela relain jauh jauh dateng kemari. Sedangkan anaknya adalah mahasiswa biasa sepeti anak lainnya yang sangat senang diajak bapaknya ke luar negeri untuk diving. Tentu saja semuanya hasil obrolan Nuki sama mereka. Maklum bahasa inggris gw cuma senin-kamis.

Setelah makan malem gw kita maen kartu sama Om (panggilan gw ke si abang) yang ga lain pegawai cottage merangkap supir kapal kita tadi pagi dan doi minta ajarin permainan kartu anak Jakarta. jadilah gw ajarin maen 7 scope (baca : seven sekop, bahasa togeannya tujuh sekopong). Anjrit, doi menang mulu. Dari ceritanya ternyata kita adalah turis lokal pertama di sini. Disini dia juga merangkap diving guide. Walau belum punya sertipikat tapi jam terbang selam doi dah tinggi. Hampir semua spot diving disini udah doi jabanin. Ajegileee!!!


Karena sudah malam dan hujan mulai turun maka gw dan Nuki pamit untuk ke kamar. Di kamar gw merenung meresapi semua perjalanan yang gw lakukan untuk sampe sini. Di Waleakodi waktu terasa berhenti. Dia berlambat lambat seolah ingin memanjakan kita dengan pesonanya sendiri. Disini waktu seakan tak ingin cepat cepat berakhir. Seakan membiarkan kita menikmati tiap detiknya sampai saat terakhir.

Di sebelah gw Nuki dah terlelap dalam mimpinya. Eh maksud gw kasur sebelah gw deng. Dan dengan diiringi alunan rintik hujan yang menyapa atap maka gw pun perlahan lahan nyusul Nuki memasuki alam mimpi. Selamat malam Togean.

Ayo terus berjalan kawan, menyusuri bumi dan menemukan keajaiban-keajaiban kecilnya, karena Tuhan menunjukkan banyak keindahan yang tak Ia tunjukkan pada mereka yang menghabiskan umurnya didapur dan tempat tidur.

Trip now, Think later.. 


13 komentar:

backpackerborneo.com mengatakan...

kerennya...kapan ya bisa ke Togean..:-)

NuQee mengatakan...

hai, travelmate ku di Sulawesi...
akhirnya rilis juga edisi Togean :D
ditunggu tulisan perjalanan kita yg lainnya yaaa, yg harus berakhir di bandara Sultan Hasanudin...

Ramdan Nasution mengatakan...

@indra : ayolah kesana..keren banget tempatnya broo... :)

@nuqee : hai travelmate..nantikan perjalanan kita di pangkep yaa.. :)

Anonim mengatakan...

di pangkep ada apaaaa :)

Ramdan Nasution mengatakan...

di pangkep ada yag namanya rammang rammang..untuk kesana kita harus naik kano menyusuri sungai kecil dengan hutan di kanan kirinya..lmelewati goa dan di ujung goa ada hamparan sawah dan deretan batu karst yang katanya terbesar ketiga di dunia.. :)

Anonim mengatakan...

next kalo ada tiket promo lagi dah hehehe

Andi Armia Pratiwi mengatakan...

wahhh kerenn nihh, pengen banget kesana, tempatnya kerenn.. :D:D ntar tujuan gue explore sulawesi ahh.. :D fotonya keren bro! Jangan capek-capek yaa nuliss

To Travel Is To Live

Ramdan Nasution mengatakan...

off course..tks ya..seperti kata lo : to travel is to live.. :)

Ardiyanta mengatakan...

keren-keren, pernah ke Pulau Sempu?

Ramdan Nasution mengatakan...

pernah dong..tuh ada kok postingan sempu di http://ramdanduchiha.blogspot.com/2011/11/pulau-sempu-yang-super-seru-part-2.html

Unknown mengatakan...

ternyata indonesia punay menara eifel juga yaaaa hehehe

asty mengatakan...

konfirmasi dunk bro..
untuk kapal ferry gorontalo-togean berangkat malam kan ya jam 19.00.
kalau untuk ferry togean-gorontalo berangkat hari apa aja dan jam brp aja?
kalau di ferry nya penumpangnya rata2 turis atau bnyak penduduk lokal juga?
thx

Emanuel Ndelu Wele mengatakan...

mantap masbroo
aku rencana akhir oktober ini ke Pulau Togean.
mohon bantuannya masbroo, nomor kontak travel dan penginapan disana. thank's

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...