Senin, 24 November 2014

..and its starting with packing..

Hidup buat gw adalah kejutan. Bahkan di tengah rutinitas sehari hari yang buat sebagian orang membosankan pun gw selalu percaya Tuhan menyiapkan kejutan kejutan khasNya dan memberikan dengan caraNya pula. Dan dari kejutan kecil dariNya lah cerita ini dimulai.

Gw selalu bilang di awal postingan gw bahwa Tuhan cinta backpacker dan kita selalu percaya bahwa Dia akan selalu menjaga para penjelajah bumiNya dengan berbagai keajaiban yang ga bakal lo dapetin klo lo cuma ngabisin waktu lo di dapur maupun tempat tidur.

Pagi itu, Reno, salah satu travelmate terbaik yg gw punya mengabarkan klo dia dah beli tiket promo ke Singapur. Tanpa nanya gw mau ikut apa nggak atau gw udah punya paspor atau belum. Dan dia langsung mengultimatum gw untuk membuat paspor. Katanya kini saatnya gw mengenal tanah lain selain tanah bernama Indonesia. Wadefaakk!! Mana bahasa Inggris gw senin kamis pula.

Okelah, siapa takut, kira kira begitu kata setan dalam hati gw. Setan yang satu ini memang selalu berhasil mengompori gw untuk berpetualang keluar dari zona nyaman dan kenikmatan yang gw miliki dan being stranger in stranger land. Gw bahkan ga nanya sama siapa aja kita jalan. Gw ga peduli, saat itu si setan berhasil meracuni otak sehingga memerintahkan untuk berpetualang. Petualangan selalu bikin gw ketemu sama orang baru. Jadi, gw ga terlalu peduli dengan siapa aja jalannya. pada ujungnya toh manusia pasti harus mengenal manusia lain, gimanapun caranya dan apapun tujuannya.

Gw pernah baca teori bahwa spontanitas selalu menghadirkan hal hal tak terduga, salah satunya adalah syndrom 'what if...'. Yaitu saat saat dimana ketika semua sudah diprepare, tujuan sudah ditetepkan, tiket udah dibeli dan pasport udah dibikin barulah muncul pertanyaan, 'ini gimana cara dapet cuti selama seminggu?'. Memang sih di kantor gw cuti ga susah dan ga berbatas 12x setaun. Tapi untuk minta cuti -minta ijin lebih tepatnya- selama seminggu itu perlu strategi yang matang di hadapan bos. 

Gw teringat ucapan Seno Gumira Ajidarma, 'alangah mengerikannya menjadi tua dengan kenangan masa muda yang hanya berisi kemacetan jalan, ketakutan datang terlambat, tugas ruin yang bikin ga semangat dan kehidupan seperti mesin yang hanya berakhir dengan pensiun yang ga seberapa'. Karena itu gimanapun caranya gw harus bisa pergi. Dengan atau tanpa ijin.

'Klo ga dapet ijin gimana ya?', gw nanya ke Reno

'Ya iklasin aja, toh cuma 150ribu ini'. jawabnya enteng.

Jawaban kayak gini nioh yang biin kesel. Gimana ga kesel, dulu orang orang ngeributin jalan jalan ke luar negri mahal, sekarang giliran udah dapet tiket murah, kenapa kita juga gabisa kemana mana.

Pffftt.


6 bulan kemudian, ga berasa tau tau udah besok gw mau berangkat. Banyak hal udah terjadi. Terpisahnya hubungan kerjasama kita, masuknya gw ke grup freedive dan udah keluar lagi, akhirnya gw punya paspor baru dan bertemu dengan wanita yang kini telah menjadi salah satu bagian masa lalu gw. Jadi salah satu pengalaman yang memperkaya hidup gw. Menambah pengalaman dalam ransel cerita gw.

Dan ngomong ngomong tenatang ransel, gw tersadar bahwa gw belum peking. Dan seketika aliran listrik halus mengaliri kulit gw dari ujung kepala hingga ujung kaki. Yup, gw selalu excited sama yang namanya peking. Gw masih ga percaya besok gw akan keluar negara ini. Memulai petualangan baru di negeri asing dengan bahasa asing yang belum lancar gw kuasain. Mendadak semua rasa kantuk lenyap, berganti dengan rasa deg degan akibat adrenalin yang terpompa ke seluruh tubuh.

Gw setuju sama Windy Ariestanty bahwa proses peking ini selalu menarik dan butuh seni tersendiri. Kita harus milih mana yang penting untuk dibawa dan yang ga penting untuk ditinggal. Kata doski berkemas itu selalu membuat kita memiliki harapan. Kita menyusun barang bawaan seperti menyusun cerita baru. Membayangkan tahap demi tahap dan berharap ada cukup ruang untuk kejutan yang akan kita temukan disana.

Buat dia, hidup ini ada;ah sekumpulan daftar mana yang penting dan yang kurang penting. Dan kita harus bergerak cepat, sedangkan tas yang berat akan menghalangi gerak kita. 'The slower we move, the faster we die'.

Gw ga ingin ngeberatin pundak gw dengan bawaan yang kurang penting di tas gw. Karena jalur yang kita tempuh ga gampang. Kita harus pindah bus, naik kereta, jalan menuju transport satu ke transport lain dan kita harus manggul ransel selama di imigrasi. Kenyamanan sekaligus kecepatan gerak lebih diutamakan.

Sama kayak hidup. Kita ga seharusnya memberatkan hidup dengan hal yang kurang penting. Hidup terlalu pendek dan sang waktu ga peduli kita lambat atau pelan. Dia hanya berjalan sesuai alurnya, tak bisa diperlambat atau dipercepat. Persepsi kitalah yang membuat waktu terasa lebih lambat atau lebih cepat. karena itu kita yang harus menyesuaikan.

Kita ga akan bisa menyerap apapun jika kita ga membiarkan diri kita kosong. Itu yang gw pelajarin dari salah satu komunitas kece bernama SIGI. Identitas kosong membuat kita leluasa mencari identitas baru, kayak punggung yang ga terbebani ransel penuh. Bebas bergerak sesukanya.

Dan di setiap tempat yang disinggahi, kita bisa ngisi tas kosong itu dengan sesuatu yang kita temukan di perjalanan. Bisa oleh oleh, brosur, informasi, kontak, teman bahkan cinta yang baru. Bahkan sering kita memilih meninggalkan yang lama untuk bisa membawa pulang hal baru. Untuk menyerap lebih banyak, kita harus menyisakan ruang lebih, meninggalkan hal yang kita suka atau membuang yang sudah tak terpakai.

Dan menurut Windy, proses berkemas membuat kita belajar itu semua.

Malam itu gw kembali jadi saksi betapa Tuhan selalu memberikan kejutan kejutan bahkan dalam hal paling sederhana. Dan besok perjalanan akan dimulai. Perjalanan untuk melupakan. Mungkin kita ga akan bisa melupakan, tapi untuk mengingatnya lebih sedikit.

See you tomorrow...

Trip now, Think later

2 komentar:

Heri Shu @travelographers mengatakan...

nah terkadang rada males juga nih untuk packing, pasti ujung-ujungnya dadakan menjelang jalan ahahahaha.

Ramdan Nasution mengatakan...

Hahaha..iya..masalah klasik dalam dunia traveling mas :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...