Senin, 09 April 2012

Pulau Rambut : a Little Heaven of Bird..


Gw pernah denger ada cerita seperti ini : Pernah dengar Nyi Roro Kidul? Konon, penguasa Laut Selatan Jawa ini pernah berkunjung ke Laut Utara. Tapi dia ditolak masuk oleh penguasa Utara Jawa dan disambut dengan hantaman badai. Begitu parahnya badai itu, hingga kapalnya pecah menjadi taburan pulau sepanjang Teluk Jakarta. Dapurnya terlempar ke udara, jatuh ke lautan dan menjelma menjadi Pulau Bokor. Nyi Roro Kidul sendiri terhempas dan kondenya jatuh terberai, hingga menjadi Pulau Jem Rambut.



Sebagai backpacker pemula nan amatir, gw punya banyak cerita-cerita kecil yang menurut gw menakjubkan, yang pasti ga bakal gw dapet kalo gw ngabisin hari libur gw dengan menonton tivi seharian. Sodara sodara, percaya atau nggak menonton tivi terlalu lama itu menghapus keberuntungan-keberuntungan kita untuk mendapati keajaiban-keajaiban kecil diluar sana.

Di malam hari yang tenang mendadak Yasir ngajak 1 day trip dadakan ke Pulau Rambut. Dalem hati gw nanya kayak apa pulau itu ya??apakah banyak rambut kayak namanya. Ternyata saat buka di google pulau rambut itu adalah tempat bersarangnya ratusan burung. Walau gw tiap hari udah liat burung tetep aja gw tergoda mengunjungi pulau ini. Pokoknya kita kesana tanpa ada persiapan apapun sebelumnya. Dan disinilah cerita kecil gw dimulai.


Kita ber 5 (Gw, Yasir, Hani, Dedi dan Suging) nyebrang ke pulau rambut melalui Tanjung Pasir, ada yang belum tau dimana Tanjung Pasir itu??dari Grogol ambil arah ke Kalideres, begitu memasuki daerah Tangerang belok kanan di lampu merahsebelum flyover. Ketemu lamer lagi belok kanan lagi. Luruuuus terus sampe mentok dan jalannya satu arah ke kiri. Belok kiri dan muter balik ke arah Bandara Soetta. Lewatin Soetta dan teruuuuuuus aja sampe jauh. Kalo udah jauh maka anda akan menemukan plang yang menyuruh belok kanan jika ingin ke Tanjung Pasir.

Setelah belok kanan lurus terus aja. Kalo jalanan yang kalian lewatin banyak lobang lobangnya maka anda telah berada di jalur yang tepat. Di ujung jalan anda akan menemui gapura "Selamat datang di Tanjung Pasir". Maju dikit lagi dan kita sampe ke dermaga Tj. Pasir. Perjalanan Jakarta - Tj.Pasir dapat ditempuh dalam waktu 2 jam naik motor santai, 1 jam naik motor ngebut dan seharian jika motornya dituntun.

Di dermaga kita  akan diberi buanyak pilihan kapal. Saran gw pilih kapal yang udah mau penuh walaupun isinya cowo semua dan jangan pilih kapal yang ada cewek cakepnya tapi kosong. Karena pengalaman kapal yang kosong baru jalan sekitar sejam kemudian.



Entah kenapa kapal yang kita naikin penumpangnya mau duduk di depan semua. Ga ada tuh yang mau join ama kita dibelakang. Berasa nyewa kapal sendiri kita. Oia harga tiket kapal ini ke pulau rambut 200rbu/orang.


Sang Kapten mengendalikan kapal motor penuh kehati-hatian. Sebab, di kanan-kiri, bambu-bambu penangkaran kerang hijau dan tempat jala apung bertebaran. Ratusan jumlahnya. Banyak burung bertengger di atas bambu-bambu ini. Burung itu namanya Pecuk Ular (Anhinga Melanogaster). Konon, di kawasan Indochina burung jenis ini sering dijadikan “pancing ikan”. Caranya, “pemancing” meletakkan ring besi di leher burung Pecuk, dan mengikat kakinya dengan tali rafia. Kemudian burung Pecuk malang ini dilepaskan. Burung ini akan mencari ikan, begitu dapat, ikan dimakan tapi karena ada ring besi, maka ikan tidak masuk dalam ke perut, tapi tersangkut di kerongkongannya. Ikan diambil “sang pemancing” dan burung kembali mencari ikan. Begitu seterusnya. Pinter juga ya.

Hampir setengah jam kami mengarungi perairan. Selama perjalanan, air laut mulai membiru, gugusan pulau seribu tampak di kiri-kanan dan depan kami. Sungguh indah. Dari kejauhan kami melihat Pulau Rambut. Hijau, lebat. Bagaikan hiasan zamrud di tengah birunya lautan. Tapi boong!!! yang kita jumpai saat itu hanyalah hamparan sampah di lautan karena Jakarta hujan beberapa hari ini dan membawa sampahnya ke laut.




Kapal mendarat. kami jejakkan kaki dermaga. Di depan gw terbentang hutan hijau, mengundang untuk dijelajahi. Sttt… dengar, suara burung terdengar ramai sekali. 



Karena pulau ini merupakan kawasan konservasi, sehingga penjagaan cukup ketat. Dibatasi hanya maksimal 50 pengunjung setiap hari ke pulau ini. Pas kita kesana hanya ada kita dan 6 orang pemancing. Katanya ikan ikan disini bagus bagus.

hasil laut pulau rambut..


Surga Burung
Memasuki hutan tropis di Pulau Rambut, Anda akan disambut dengan ribuan bunyi yang asing untuk ukuran warga Jakarta yang kerjanya berangkat subuh dan pulang malem. Gimana enggak? Mendengar kicau burung sudah jadi barang langka di ibu kota. Burung-burung laut yang eksotis berterbangan di atas kepala. Mereka adalah penghuni tetap Pulau Rambut. Selain burung, lokasi ini juga tempat favorit para biawak (Varanus Salvator) yang segede bagong dan ular. Biawak dan ular hidup dari memangsa telur dan anak burung.

Pada keadaan biasa, diperkirakan sekitar 20.000 burung hidup di pulau ini. Di bulan Maret sampai September, jumlah itu meningkat menjadi hingga 50.000 burung. Burung-burung itu diperkirakan datang dari Australia. Dengan kekayaan dan keanekaragaman jenis burung yang singgah di Pulau ini sering kali Pulau Rambut disebut dengan “Pulau Surga Burung (Rambut Island The Heaven of Birds)"




Disini kita harus ngurus perijinan dengan mendatangi kantor petugas. Disini ada 3 cara untuk mendapat ijin : 1. Dateng ke kantor balai konservasi di Salemba, 2. Ngurus ijin ke Pulau Untung Jawa, 3.Nembak langsung dengan bilang kita gatau caranya. Berhubung kita beneran gatau kemaren maka kita ga dosa. Tapi kalian yang udah baca ini masih make cara 3 maka dosa boong ditanggung masing masing ya.hehehe..

Pulau Rambut ditetapkan sebagai suaka margasatwa melalui keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 275/Kpts-II/1999 tertanggal 7 Mei 1999 dengan luas 90 ha yang terdiri dari 45 ha daratan dan 45 ha perairan.


Pulau Rambut diusulkan penetapannya sebagai kawasan konservasi pertama kali oleh Direktur Kebon Raya Bogor kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jakarta dengan status berupa cagar alam. Alasan penting yang mendasari usulan tersebut adalah dalam rangka melindungi berbagai jenis burung air yang banyak terdapat di pulau tersebut.


Biaya pemandu + bikin surat ijin adalah 60rbu. Sambil nunggu segala urusan selesai maka gw dan Dedi poto poto di dermaga, panasnya matahari yang menggoreng kepala tak kita hiraukan. Kapan lagi coba kan??


Akhirnya perijinan selesai dan kita mulai masuk ke dalam hutan, baru masuk pun kita udah disambit disambut dengan Biawak yang segede bagong itu. Sayang jaraknya kejauhan jadi gabisa poto.




keliatan ga biawaknya??coba liatnya sambil ngaca..


Semakin jauh ke dalam track, suara kepakkan sayap burung semakin dekat terdengar. Karena populasi burung di sini sangat banyak, maka burung-burung berada di kanan kiri kita melintas dan kembali ke sarangnya. Inilah yang membuat banyak pengunjung mendapatkan pengalaman luar biasa sebab ini bukan kebun binatang

Jangan heran jika memasuki kawasan ini, kita akan mencium aroma seperti di kandang burung atau pasar burung. Karena luas area yang tidak seimbang dengan jumlah burung, tak heran tai burung ada di mana-mana, sehingga masuk ke dalam pulau ini akan mencium bau tai burung. Disini disarankan memakai topi atau  jangan marah jika sewaktu-waktu kita kejatuhan tai burung. Anggep aja rejeki.  *kayaknya kemaren ada yang kena ya??*


Kita masuk lebih dalam ke hutan. Waaaw, ada menara pemantau burung! Untuk memudahkan pengunjung melihat burung-burung dari kejauhan, BTNLKpS membangun menara setinggi 15 meter. Cukup tinggi, sekitar 15 meter. Tanpa ditunda kita langsung memanjat. Setibanya di atas, ternyata perjuangan memanjat kita terbayar pantas. Alam sungguh indah sekali. All green. Sepanjang kita memandang hanya terlihat warna hijau. Di sini pengunjung dapat melihat burung-burung yang mendiami pohon. Dari kejauhan bahkan seolah pohon-pohon itu "pohon burung" karena sejauh mata memandang, yang terlihat memang selalu burung dan pohon. 





Adapun jenis-jenis burung yang menghuni pulau rambut antara lain Jenis burung laut antara lain cagak merah (Ardea purpurea), cagak abu (Ardea cinerea), kuntul besar (Egretta alba), kuntul kecil (Egretta garzetta), kuntul karang (Egretta sacra), bluwok (Mycteria cinerea), roko-roko (Plegadis falcinellus) , pecuk ular (Anhinga melanogaster) , kuntul sedang (Egretta intermedia), dan kuntul kerbau (Bubulcus ibis).


Dan lihatlah. Di puncak menara yang disediakan. Kita bisa menyaksikan burung yang melintas bebas tanpa takut diburu. Ada yang membawakan makanan untuk pasangannya, ada yang sedang mengerami telur, ada pula yang sedang bercengkerama. Sungguh mengasyikkan melihat hal seperti ini ga di kebun binatang!


 Puas di menara saatnya kembali ke pantai. Disini sebenernya pemandanganya okeh, Sayangnya, sampah Jakarta yang kemaren diguyur hujan lebat mengendap sampai ke pulau ini. Di pinggiran pantai, banyak sampah sandal, gabus, lampu, baju, dan entah sampah apalagi. Dan kita bertemu seekor burung di tumpukan sampah!





Setibanya di pantai, kejadian seru dipertontonkan dihadapan kami. Segerombolan burung Cikalang Christmas (Fregata Andrewsi) mengejar burung Kuntul Kerbau (Bubulcus Ibis) . burung kuntul besar (Casmerodius albus) Mereka berusaha merebut ikan dari mulut burung Kuntul. Burung Cikalang memang terkenal sebagai perompak ulung. Lucu ya, ternyata bajak laut juga ada di dunia burung. Burung yang asalnya dari Christmas Island, Australia ini, termasuk jenis terancam punah dengan kategori keterancaman tertinggi atau kristis (critically endangered). Mereka memang suka jalan-jalan bergerombol ke wilayah Indonesia untuk mencari makan. Perlawanan sengit pun dibalas oleh si Kuntul. Ia menukik, berputar ke kiri dan ke kanan menghindari serangan patukan. Enak saja, kalau ikan di mulutnya jatuh dan direbut, anaknya tidak bisa makan malam nanti. Sungguh tontonan yang tidak bakal ada di Jakarta.

Disini pun ga lupa kita poto poto karena pantainya okeehh (kalo ga ada sampahnya ya..) dan banyak orang orang yang memancing.




Ehm, sebenernya kita janjian dijemput kapalnya jam 5. Akan tetapi sampe jam 6 pun kita masih belum dijemput. Akan tetapi seorang bekpeker adalah seseorang yang mampu melihat sisi baik dari keadaan terburuk sekalipun. And you know what?? Kita bisa menyaksikan pemandangan menakjubkan yaitu sunset dari dermaga. Ajiiiibb...



dan sang rembulan pun tersenyum..

Akhirnya kapal pun datang dari horizon untuk membawa kita kembali ke ibukota. Sang rembulan pun tersenyum mengiringi kita yang telah memperkaya diri dan hati kita dengan sejuta pengalaman baru.

Kalau kalian ingin berlibur, cobalah sekali-sekali mampir ke Pulau Rambut. Satu-satunya hutan konservasi yang masih tersisa di tengah hutan beton yang memadati Jakarta. Selain dekat, biayanya sangat terjangkau. Kemaren gw tanggal 6 April 2012 hanya menghabiskan dana : 

- Sewa kapal 200rbu : 5 = 40rbu
- Ijin + guide 60rbu : 5 = 12rbu
- Parkir motor 10rbu/motor

Total = 62rbu

Oia di pulau ini ga tersedian tempat jajanan jadi alangkah amat sangat baiknya jika kalo ada yang mau buka sevel disini kita membawa bekal makanan dan minuman dari Jakarta, tentunya bungkusnya jangan dibuang sembarangan ya.

Tetap sehat tetap semangat karena besok kita akan jalan jalan ke Toraja
NB : Di tengah terjangan berbagai kabar buruk di negeri ini, gw sangat ingin memberikan sebuah cerita tentang indahnya negeri kita, cerita yang bisa membuat kalian (minimal) iri dan tersenyum. Cerita yang bisa membuat kita berkata, aku cinta Indonesia.. :)

Trip now, Think later..

4 komentar:

Lita mengatakan...

satu kata 'IRI'

Ramdan Nasution mengatakan...

dua kata "emang enak" hahahha.. :D

DitaForza mengatakan...

gw kesini 10 tahun yg lalu..... yg pst di bagian belakang pulau udh kotor bgt byk sampah dr jakarta-tangerang.

tapi seru bgt bisa ngelilingin pulau ini. pengalaman luar biasaaaaa =D

Ramdan Nasution mengatakan...

haaahh??10 taun lalu??pasti burungnya udah beda generasi skrg ya...hahahaa..

ia bener sampahnya ampun dah..apalagi klo abis ujan di jakarta..selain surga burung bisa jadi surga pemulung itu.. :D

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...